--> Skip to main content

Kenalin Nama Gue Rizka, Pasien Autoimune

Gue bingung harus berucap Alhamdulilah atau MasyaAlloh ttng kejutan semalam. Yupz, gue baru mngetahuinya dr tmn di Instagram stlh gue upload bbrp foto mngenai kondisi gue, suddenly someone itu mngirimi gue pesan yg mnanyakan ttng "keadaan q" (tentunya dlm bhs. Inggris), dia mnanyakan gejala dan rasa sakit apa yg sering aq alami,.tentunya gue ngejelasin dlm bhs. Inggris yg sedikit belibet (maklum, english gue emng rada cekak), tp anehnya dia mngerti apa yg gue maksud, and in the end, suddenly he's tell me (mendiagnosa) bahwa nama sakit gue ADALAH..."Autoimune" terus terang gue lngsung #speachless membaca diagnosanya, sambil gue pahami gue mncoba mentraslate kata2nya dgn pelan2, ke google translate, (ntah knp air mata ini tiba-tiba mengalir dgn derasnya).

15 mnit kemudian...

Tnpa gue sadari, sarung bantal gue udh jadi basah krna pnuh dgn air mata, lalu tmn instagram itu nyaranin k gue agar gue berobat k luar negeri, slh satu rekomendasinya adlh k Singapore, (dlm hati: klo k Singapore trs biayanya drmn??) Eh tu orng lngsung jwb, "dsna bnyak donatur lady, dan dsna itu sering mngadakan experiment ttng penyakit langka, jdi kmungkinan bsar tidak akan ada biaya yg akan d bebankan k kamu, asalkan kamu mau jdi bahan experiment mereka".

D bnak gue lngsung ada kata "Simbiosis Mutualisme". Dan akhirnya atas saran dr BF gue itu, gue mncoba kirim email k salah satu rumah sakit di Singapore, sambil nunggu jwban dr mereka gue mncoba googling lagi ttng Autoimune. Dan mnurut gue info inilah yg sangat2 membantu,, cekidot


Penyakit Autoimun Kulit adalah penyakit yang disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan (sistem imun)tubuh pada kulit dimana sel darah putih atau antibodi tubuh yang terlalu kuat sehingga melawan jaringan tubuh sendiri atau protein ekstra selular. Sistem imun tubuh terdiri atas sel darah putih,antibodi, dan substansi lainnya yang berfungsi untuk melawan infeksi atau protein asing. Sistem imun tubuh memiliki kemampuan untuk membedakan sel tubuh sendiri dan sel asing. Namun, pada individu yang terkena penyakit auto-imun, sistem imun kehilangan kemampuan untuk membedakan sel tubuh dengan sel asing sehingga sistem imun akan menyerang sel tubuh sendiri.

Penyakit autoimun pada lapisan dasar epidermis ditandai dengan kerusakan pada jaringan ikat dan formasi vesikula pada lapisan sub epidermis.

Terdapat berbagai gejala klinis pada kulit akibat penyakit autoimun, diantaranya penyakit kulit, termasuk rasa gatal dan menggaruk yang menetap, lesi, luka, lepuh, dan kerusakan kulit lainnya serta kehilangan pigmen kulit.

Diagnosa
Penyakit autoimun dapat didagnosa berdasarkan keluhan penderita, gejala klinis, hasil sitologi, hasil mikrobiologi yang umumnya negatif terhadap jamur dan bakteri, berbagai diagnosa imunologis, dermatohistopatologi, dan demonstrasi autoantibodi pada jaringan. Diagnosa penyakit autoimun sebaiknya dilakukan dengan biopsi. Biopsi ini biasanya dilakukan apabila hasil kerokan kulit negatif terhadap infeksi bakteri dan fungi, serta hewan telah diberikan terapi antibiotik namun luka tanpa mikroorganisme tetap ditemukan pada pemeriksaan ulang sesudah terapi. Dalam melakukan biopsi, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu pemilihan lesi yang tepat, teknikbiopsi, dan interpretasi biopsi. Demonstrasi keberadaan autoantibodi pada kulit melalu teknik pewarnaan imunoflorosen merupakan teknik yang bermanfaat namun umumnya tidak terlalu diperlukan.

Terapi
Konsep terapi penyakit autoimun kulit yaitu mengontrol penyebab respon sistem autoimun (tahap induksi) atau mengontrol efek dari penyakit autoimun (tahapperadangan). Kontrol terhadap komponen penginduksi biasanya merupakan obat-obat sitotoksik, seperti agenalkil atau antimetabolit, serta glukokortikoid pada dosis tinggi dalam waktu lama.Pemberian dosis tinggi dapat mengurangi efek negatif akibat pemberian obat dalam jangka panjang, misalnya akibat glukokortikoid. Beberapa obat yang sering digunakan untuk terapi penyakit autoimun kulit, yaitu glukokortikoid, obat sitotoksisk, azathioprine, krisoterapi, siklosporin, tetrasiklin, doksisiklin, niasinamid.

Glukokortikoid merupakan obatyang paling sering digunakan dalam terapi penyakit autuimun kulit. Contoh golongan ini yaitu prednisone dan prednisolon. Glukokortikoid bekerja pada reseptor yang memparalisiskan makrofaga, menghambat kemotaksis sel radang terhadap jaringan, dan bekerja berlalawanan terhadap autoantibodi.Beberapa efek samping pemberian glukokortikoid yaitupolidipsia,poliuria,polifagia, luka pada lambung, radang pankreas, daninfeksi sekunder.

Contoh obatsitotoksikyaitu agenalkil (misalnya siklofosfamida, Klorambusil) dan antimetabolit yang digunakan untuk menurunkan produksi antibodi. Klorambusil lebih sering digunakan dibandingan Siklofosfamida karena memiliki efek samping yang lebih ringan. Azathioprine merupakan agen anti-metabolit (analog dengan purin).


Krisoterapi menggunakan garam emas. Emas mengkonjugasi substrat lain seperti gula. Emas dapat menghambat kemotaksis sel radang, menurunkan produksi antibodi, menghambat komplemen pengaktivasi, dan menurunkan fagositosis. Efek sampingnya dapat berupa eritrema, eosinofilia, dantrombositopenia. Siklosporinmerupakan makrolida fungal yang menghambat aktivasi interleukin. Efek sampingnya berupa radang lambung dan usus, gingival hiperplasia, papillomatosis, nefrotoksikosis, dan infeksi sekunder.

Tetrasiklin menekan kemotaksis leukosit dan sinergis dengan Niasinamid. Niasinamid menghambat IgE-mediated mast cell degranulation dan menurunkan pelepasan protease oleh leukost[5]. Doksisiklin dapat berfungsi sebagai imunomodulator. Kombinasiini sangat baik dan relatif murah, namun tidak dianjurkan untuk kasus penyakit autoimun yang parah. Kombinasi terapi ini dianjurkan pada kasus yang ringan.

Support by:

Oldest Post
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar

Advertiser