Risiko Tersembunyi High-Frequency Trading: Mengapa Bisa Memicu Flash Crash?
High-Frequency Trading (HFT) adalah strategi perdagangan pasar keuangan yang memanfaatkan algoritma dan komputer berkecepatan tinggi untuk melakukan ribuan bahkan jutaan transaksi dalam hitungan mikrodetik. Meski sering dipuji karena meningkatkan likuiditas pasar dan menjaga harga tetap efisien, HFT memiliki risiko tersembunyi.
Salah satu risiko paling berbahaya adalah flash crash — peristiwa ketika harga aset jatuh secara tiba-tiba dalam waktu sangat singkat, lalu pulih kembali hampir secepat kejatuhannya. Risiko ini timbul karena algoritma HFT dapat bereaksi secara berantai dan tidak terkendali ketika terjadi gangguan kecil di pasar.
Who – Siapa yang terpengaruh oleh risiko ini?
Risiko flash crash akibat HFT memengaruhi berbagai pihak:
- Investor ritel, yang bisa kehilangan dana karena tidak sempat bereaksi terhadap gejolak harga mendadak.
- Investor institusional dan dana pensiun, yang mengelola dana besar dan terjebak pada harga ekstrem saat crash berlangsung.
- Perusahaan HFT itu sendiri, yang bisa menanggung kerugian besar jika algoritmanya tidak dikendalikan.
- Bursa dan regulator pasar, karena mereka bertanggung jawab menjaga stabilitas pasar dan mengembalikan kepercayaan publik.
Where – Di mana risiko flash crash ini pernah terjadi?
Risiko ini bisa muncul di semua pasar keuangan elektronik — bursa saham, pasar obligasi, forex, maupun derivatif. Beberapa contoh nyata:
- AS (2010): Flash Crash di Dow Jones Industrial Average yang menyebabkan indeks turun sekitar 1.000 poin hanya dalam hitungan menit sebelum kembali pulih.
- Pasar obligasi AS (2014): Pergerakan harga Treasury yang sangat tidak wajar dalam waktu singkat.
- Pasar mata uang (2016 & 2019): Pound sterling dan yen Jepang pernah mengalami pergerakan ekstrem dalam beberapa detik di sesi perdagangan tipis.
When – Kapan risiko ini sering muncul?
Risiko flash crash sering kali muncul pada saat:
- Volume perdagangan rendah, seperti di luar jam pasar utama, ketika likuiditas menipis.
- Ketidakpastian pasar tinggi, misalnya saat pengumuman data ekonomi penting atau berita politik mendadak.
- Gangguan teknis, seperti kesalahan perangkat lunak atau masalah konektivitas jaringan yang memicu reaksi algoritma berantai.
Why – Mengapa HFT bisa memicu flash crash?
Ada beberapa alasan mengapa HFT berpotensi menimbulkan flash crash:
- Reaksi otomatis tanpa intervensi manusia – algoritma merespons sinyal harga dalam mikrodetik, sehingga tidak ada waktu untuk menilai secara rasional.
- Efek domino antar algoritma – jika satu sistem menjual besar-besaran, algoritma lain ikut menjual karena membaca sinyal harga yang sama.
- Likuiditas semu – meskipun HFT tampak menyediakan banyak penawaran beli/jual, likuiditas ini bisa menghilang seketika saat pasar bergejolak.
- Kecepatan yang melampaui pengawasan – manusia tidak mampu memantau dan menghentikan reaksi pasar secepat algoritma bertindak.
How – Bagaimana mekanisme terjadinya flash crash akibat HFT?
Proses terjadinya flash crash biasanya sebagai berikut:
- Pemicu awal – bisa berupa berita mengejutkan, pesanan jual besar, atau kesalahan teknis.
- Algoritma HFT mendeteksi anomali – sistem mulai menjual aset untuk menghindari kerugian.
- Peningkatan kecepatan transaksi – dalam mikrodetik, pesanan jual membanjiri pasar dan harga anjlok.
- Likuiditas menghilang – algoritma menarik penawaran beli, sehingga tidak ada yang menahan penurunan harga.
- Pemulihan tiba-tiba – setelah harga jatuh ekstrem, algoritma pemburu arbitrase masuk dan membeli aset murah, menyebabkan harga kembali normal.
Kesimpulan
High-Frequency Trading membawa manfaat signifikan dalam hal efisiensi dan likuiditas pasar, tetapi juga menyimpan risiko tersembunyi yang serius. Flash crash adalah contoh nyata bagaimana kecepatan dan otomatisasi bisa menjadi pedang bermata dua.
Untuk mengurangi risiko ini, regulator pasar dan bursa menerapkan langkah pengaman seperti circuit breaker (penghentian sementara perdagangan), batasan kecepatan pesanan, dan pengawasan algoritma. Namun, selama pasar terus bergerak menuju otomatisasi penuh, potensi risiko ini tidak bisa diabaikan.