Memahami Tarif Regresif: Konsep, Ciri-ciri, dan Dampaknya
Apa Itu Tarif Regresif?
Tarif regresif atau yang kadang disebut juga sebagai tarif pajak tetap, adalah jenis tarif pajak yang besarannya tetap, tidak berubah-ubah, dan tidak bergantung pada jumlah dasar pengenaan pajaknya. Dengan kata lain, berapa pun nilai penghasilan atau objek pajak seseorang, jumlah nominal pajak yang dibayar tetap sama. Tarif ini tidak menyesuaikan dengan kapasitas ekonomi atau kemampuan membayar dari masing-masing wajib pajak.
Sebagai contoh sederhana, jika tarif pajak regresif ditetapkan sebesar Rp10.000 untuk suatu jenis pajak tertentu, maka baik individu yang berpenghasilan Rp1 juta maupun yang berpenghasilan Rp10 juta akan tetap membayar Rp10.000. Dalam hal ini, persentase pajak dari penghasilan justru menurun seiring dengan meningkatnya penghasilan, yang menjadi ciri utama dari tarif regresif.
Ciri-ciri Tarif Pajak Regresif
Beberapa karakteristik utama dari tarif pajak regresif meliputi:
-
Besaran pajak nominal tetap
Tidak ada penyesuaian tarif berdasarkan nilai objek pajak. Pajak dibayar dalam jumlah tetap. -
Proporsi terhadap penghasilan menurun
Meskipun nominal pajaknya tetap, jika dilihat dari persentase penghasilan, beban pajaknya menjadi lebih berat bagi mereka yang berpenghasilan rendah. -
Sederhana dalam administrasi
Karena tarifnya tetap, perhitungan dan pemungutannya menjadi lebih mudah dan tidak memerlukan penghitungan kompleks. -
Cenderung kurang adil secara sosial
Karena tidak mempertimbangkan kemampuan ekonomi wajib pajak, tarif regresif sering kali dianggap memberatkan masyarakat berpenghasilan rendah.
Contoh Penerapan Tarif Regresif
Salah satu contoh penerapan tarif regresif adalah pada pajak kendaraan bermotor roda dua dengan kapasitas mesin kecil, atau pajak rokok. Pajak rokok, misalnya, dibebankan dalam nominal tetap per batang atau per bungkus, tanpa memedulikan apakah pembelinya adalah masyarakat berpenghasilan rendah atau tinggi. Akibatnya, beban pajak secara persentase jauh lebih tinggi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Perbandingan dengan Tarif Pajak Lainnya
Untuk lebih memahami posisi tarif regresif dalam sistem perpajakan, berikut perbandingannya dengan dua jenis tarif lain:
-
Tarif progresif: Tarif pajak meningkat seiring dengan kenaikan nilai objek pajak. Semakin tinggi penghasilan, semakin tinggi persentase pajak yang dibayar. Contohnya, Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi di Indonesia.
-
Tarif proporsional: Tarif pajak tetap dalam bentuk persentase, artinya setiap orang membayar pajak sesuai dengan persentase tertentu dari penghasilannya, tanpa melihat total jumlah penghasilannya. Pajak jenis ini dianggap lebih netral.
Dampak Tarif Regresif terhadap Masyarakat
Penggunaan tarif regresif dalam sistem perpajakan bisa memberikan dampak yang cukup besar terhadap keadilan sosial dan distribusi pendapatan. Di satu sisi, tarif regresif memudahkan administrasi pajak dan menjamin kepastian penerimaan negara. Namun di sisi lain, tarif ini dapat menimbulkan ketimpangan karena justru lebih membebani golongan berpenghasilan rendah. Hal ini bertentangan dengan prinsip pajak yang adil, yakni pajak seharusnya dibayar sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing wajib pajak.
Kesimpulan
Tarif regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan besar kecilnya dasar pengenaan pajak. Sifatnya yang tetap menjadikan tarif ini sederhana dan mudah diterapkan, namun bisa menimbulkan beban yang tidak proporsional, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan secara bijak penggunaan tarif regresif dalam sistem perpajakan agar tidak menciptakan ketimpangan dalam masyarakat.