Dovish vs Hawkish: Memahami Dua Kutub Pandangan dalam Kebijakan Suku Bunga
Namun, bagi masyarakat umum maupun investor pemula, istilah dovish dan hawkish bisa terasa membingungkan. Padahal, memahami perbedaan antara kedua istilah ini sangat penting untuk membaca arah kebijakan bank sentral, memprediksi pergerakan pasar, dan bahkan menentukan strategi investasi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara menyeluruh:
- Apa arti dovish dan hawkish
- Siapa yang cenderung memiliki pandangan tersebut
- Mengapa penting untuk memperhatikan sikap ini dalam pengambilan keputusan suku bunga
- Dan bagaimana sikap ini memengaruhi pasar keuangan secara nyata
Apa Arti “Dovish” dalam Kebijakan Moneter?
Istilah “dovish” berasal dari kata dove yang berarti burung merpati—seekor burung yang identik dengan kedamaian dan kelembutan. Dalam konteks ekonomi, sikap dovish mencerminkan pendekatan yang lebih lunak dan akomodatif terhadap kebijakan moneter.
Seorang pembuat kebijakan yang dovish cenderung:
- Mendukung suku bunga rendah
- Mengutamakan pertumbuhan ekonomi daripada penekanan inflasi
- Lebih toleran terhadap inflasi jangka pendek selama ekonomi masih lemah atau pengangguran tinggi
- Mendukung kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing)
Sikap dovish biasanya muncul pada masa-masa perlambatan ekonomi, resesi, atau ketika inflasi berada di bawah target bank sentral.
Contohnya: Jika ekonomi sedang melambat dan angka pengangguran tinggi, anggota MPC yang dovish mungkin akan mendukung pemotongan suku bunga atau mempertahankan suku bunga rendah lebih lama guna mendorong konsumsi dan investasi.
Apa Arti “Hawkish” dalam Kebijakan Moneter?
Sementara itu, istilah “hawkish” berasal dari kata hawk yang berarti burung elang—seekor burung pemangsa yang dikenal tajam, agresif, dan waspada. Dalam kebijakan ekonomi, sikap hawkish mencerminkan pendekatan yang lebih keras dan hati-hati, khususnya terhadap potensi kenaikan inflasi.
Seorang pembuat kebijakan yang hawkish cenderung:
- Mendukung suku bunga tinggi atau kenaikan suku bunga
- Fokus pada pengendalian inflasi, bahkan jika itu berarti menahan pertumbuhan ekonomi
- Mewaspadai tanda-tanda inflasi sejak dini dan bertindak proaktif untuk menahannya
- Kurang toleran terhadap stimulus moneter yang terlalu longgar
Sikap hawkish umumnya muncul ketika ekonomi mulai memanas, konsumsi meningkat tajam, atau inflasi mendekati/melebihi target bank sentral.
Contohnya: Jika tingkat inflasi di Inggris mulai naik di atas target 2%, anggota MPC yang hawkish mungkin akan mendorong kenaikan suku bunga meskipun pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya stabil.
Siapa yang Bisa Bersikap Dovish atau Hawkish?
Menariknya, sikap dovish atau hawkish tidak melekat secara permanen pada seseorang. Seorang anggota MPC bisa bersikap dovish pada satu periode, lalu menjadi hawkish di periode lain, tergantung pada kondisi ekonomi saat itu dan data yang tersedia.
Namun, dalam praktiknya, beberapa tokoh memiliki kecenderungan tertentu. Misalnya:
- Beberapa ekonom akademis atau analis pasar kerja lebih cenderung dovish karena mereka lebih peduli pada pengangguran dan kesejahteraan ekonomi secara luas.
- Sebaliknya, ekonom konservatif atau analis pasar keuangan sering lebih hawkish karena mereka khawatir terhadap risiko inflasi dan kerusakan nilai mata uang.
Selain itu, posisi dalam struktur bank sentral juga bisa memengaruhi kecenderungan pandangan. Misalnya, Gubernur atau Kepala Ekonom sering menjadi indikator arah kebijakan karena pengaruh mereka sangat besar dalam proses pengambilan keputusan.
Mengapa Penting Memahami Perbedaan Dovish dan Hawkish?
Perbedaan antara sikap dovish dan hawkish bukan hanya soal teori ekonomi—sikap ini berdampak nyata pada keputusan moneter dan selanjutnya memengaruhi berbagai aspek ekonomi dan keuangan, antara lain:
1. Arah Suku Bunga
Pandangan dovish bisa mendorong penurunan suku bunga atau mempertahankan suku bunga rendah. Sebaliknya, pandangan hawkish bisa mempercepat kenaikan suku bunga.
2. Pergerakan Nilai Tukar Mata Uang
Kebijakan yang hawkish biasanya membuat mata uang menguat karena investor mengharapkan imbal hasil yang lebih tinggi. Kebijakan dovish cenderung melemahkan mata uang.
3. Pasar Obligasi dan Saham
Sikap dovish bisa mendorong harga obligasi naik (karena yield turun) dan meningkatkan minat pada pasar saham. Sikap hawkish sering menyebabkan penurunan harga obligasi dan tekanan pada saham, terutama sektor yang sensitif terhadap suku bunga.
4. Ekspektasi Pasar dan Inflasi
Pasar sangat memperhatikan pernyataan dan nada dari pejabat bank sentral. Bahkan sebelum keputusan diumumkan, retorika dovish atau hawkish bisa langsung menggerakkan pasar.
Bagaimana Pasar Menilai Apakah Suatu Pernyataan Dovish atau Hawkish?
Pasar tidak hanya melihat keputusan akhir, tapi juga memperhatikan kata-kata dalam pidato, wawancara, dan risalah rapat. Misalnya:
- Jika seorang pejabat bank sentral berkata, “Kami melihat tekanan inflasi masih sementara,” itu bisa dianggap dovish.
- Sebaliknya, jika ia berkata, “Kami siap bertindak tegas terhadap risiko inflasi,” itu dianggap hawkish.
Sering kali, analis pasar membaca kalimat demi kalimat untuk mencari nada kebijakan yang digunakan, dan ekspektasi pasar akan berubah hanya karena satu kalimat bernada hawkish atau dovish.
Penutup: Dovish dan Hawkish Adalah Cerminan Prioritas Ekonomi
Memahami perbedaan antara dovish dan hawkish bukan hanya soal istilah teknis ekonomi, tetapi tentang membaca arah kebijakan moneter dan apa prioritas utama dari para pengambil kebijakan pada saat tertentu. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, memahami sinyal-sinyal ini sangat membantu investor, pelaku bisnis, maupun masyarakat umum dalam merencanakan keuangan dan investasi.
Jadi, saat kamu membaca berita tentang suku bunga atau pernyataan Bank of England, cobalah perhatikan: apakah pesannya dovish atau hawkish? Karena di situlah petunjuk awal dari arah ekonomi ke depan.