--> Skip to main content

Risk-On vs Risk-Off: Apa Dampaknya Terhadap USD dan Saham?

namaguerizka.com Pasar keuangan global tidak pernah bergerak secara acak. Di balik setiap lonjakan atau penurunan harga, ada pola yang disebut risk-on dan risk-off. Dua istilah ini menggambarkan bagaimana investor di seluruh dunia merespons peluang dan risiko, dan keduanya berpengaruh langsung terhadap USD (dolar AS) serta pasar saham global.

Untuk memahami konsep ini secara menyeluruh, mari kita bahas menggunakan pendekatan 5W+1H – What, Who, Where, When, Why, dan How.


What – Apa itu risk-on dan risk-off?

  • Risk-on adalah kondisi ketika investor berani mengambil risiko. Modal global mengalir ke aset berisiko seperti saham, mata uang berimbal hasil tinggi (AUD, NZD), atau komoditas. Pada saat yang sama, USD cenderung melemah, karena investor menjual dolar untuk membeli aset berisiko.
  • Risk-off adalah kondisi ketika investor menghindari risiko. Modal global keluar dari saham dan aset berisiko, lalu masuk ke aset aman seperti USD, emas, atau obligasi pemerintah AS. Dalam situasi ini, USD biasanya menguat karena permintaan terhadap dolar meningkat.

Risk-on dan risk-off bukan sekadar istilah, tetapi tema besar pasar yang memengaruhi hampir semua instrumen keuangan.


Who – Siapa yang terpengaruh oleh perubahan sentimen ini?

  1. Trader forex – karena sentimen pasar menentukan kekuatan USD terhadap mata uang lain.
  2. Investor saham global – karena arus modal risk-on mendorong pasar saham naik, sementara risk-off menekan indeks saham.
  3. Pelaku pasar komoditas – karena harga minyak, emas, dan logam industri mengikuti arus modal global.
  4. Bank sentral dan pembuat kebijakan – yang harus merespons arus modal keluar-masuk untuk menjaga stabilitas ekonomi.
  5. Perusahaan multinasional dan masyarakat umum – yang merasakan dampak nilai tukar terhadap biaya impor dan ekspor.

Where – Di mana fenomena risk-on dan risk-off terlihat jelas?

  • Pasar forex:
    Saat risk-on, mata uang berimbal hasil tinggi (AUD, NZD, CAD) menguat terhadap USD. Saat risk-off, dolar AS dan yen Jepang cenderung menguat karena dianggap aman.
  • Pasar saham:
    Indeks seperti S&P 500, Dow Jones, atau Nikkei melonjak saat risk-on, dan tertekan saat risk-off.
  • Pasar obligasi:
    Dalam kondisi risk-off, permintaan obligasi pemerintah AS melonjak karena dianggap bebas risiko, mendorong imbal hasil (yield) turun.
  • Pasar komoditas:
    Risk-on mendukung kenaikan harga minyak, tembaga, dan logam industri. Risk-off mendorong kenaikan harga emas sebagai aset lindung nilai.

When – Kapan risk-on dan risk-off terjadi?

  • Saat rilis data ekonomi penting:
    Data pertumbuhan PDB, inflasi, atau tenaga kerja AS dapat mengubah persepsi risiko global.
  • Pada krisis geopolitik atau keuangan:
    Ketegangan perang, pandemi, atau resesi memicu risk-off karena investor mencari aset aman.
  • Ketika bank sentral mengubah kebijakan suku bunga:
    Kenaikan suku bunga AS sering memicu risk-off karena dolar menjadi lebih menarik sebagai aset pendapatan tetap.
  • Pada peristiwa tak terduga (black swan):
    Misalnya kebangkrutan bank besar atau bencana alam berskala global dapat langsung menggeser sentimen pasar.

Why – Mengapa sentimen ini berdampak besar pada USD dan saham?

  1. USD adalah mata uang cadangan dunia. Dalam ketidakpastian, investor global memegang dolar untuk keamanan likuiditas.
  2. Saham adalah aset berisiko. Arus modal masuk ke saham menunjukkan optimisme (risk-on), sedangkan arus keluar menunjukkan ketakutan (risk-off).
  3. Pergerakan USD mencerminkan kepercayaan pasar global. Ketika USD menguat tajam, biasanya ada kekhawatiran ekonomi dunia.
  4. Aset aman seperti dolar dan emas bersifat pelindung. Saat risiko meningkat, investor memindahkan modal mereka ke aset ini, meninggalkan saham dan mata uang berimbal hasil tinggi.

How – Bagaimana cara trader dan investor membaca dan memanfaatkan sentimen ini?

  1. Perhatikan Dollar Index (DXY).
    Jika DXY menguat tajam, pasar cenderung dalam mode risk-off. Jika melemah, pasar condong ke risk-on.
  2. Amati pergerakan indeks saham global.
    Kenaikan saham dunia biasanya menandakan risk-on, penurunan tajam menandakan risk-off.
  3. Perhatikan pasangan mata uang mayor.
    • Risk-on: EURUSD, GBPUSD, AUDUSD cenderung naik.
    • Risk-off: USDJPY dan USDCHF cenderung menguat bersama dolar.
  4. Gunakan korelasi aset untuk konfirmasi.
    Jika saham naik dan USD melemah bersamaan, sentimen risk-on kuat. Jika saham turun dan USD menguat, sentimen risk-off mendominasi.
  5. Kelola risiko portofolio.
    Jangan terlalu banyak menempatkan modal pada aset yang hanya menguntungkan saat risk-on. Gunakan aset aman atau hedging seperti USD atau emas untuk melindungi portofolio.
  6. Pantau berita global secara real time.
    Perubahan sentimen bisa terjadi dalam hitungan jam akibat pernyataan bank sentral atau peristiwa geopolitik mendadak.

Kesimpulan

Risk-on dan risk-off adalah tema besar yang menentukan arus modal global. Keduanya memengaruhi hampir semua aset: mata uang, saham, komoditas, hingga obligasi. Dolar AS, sebagai mata uang cadangan dunia, menjadi indikator utama apakah investor sedang berani mengambil risiko atau justru mencari perlindungan.

Memahami pola ini membantu trader dan investor:

  • Mengasah timing entry dan exit.
  • Mengontrol risiko dengan strategi yang selaras dengan sentimen pasar.
  • Melihat gambaran besar, bukan hanya pergerakan grafik individual.

Dengan kata lain, sentimen risk-on dan risk-off adalah bahasa rahasia pasar global. Jika Anda ingin membaca pasar seperti profesional, pahami bagaimana USD dan saham bergerak mengikuti pola ini — dan gunakan informasi itu untuk mengambil keputusan yang lebih cerdas.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar

Advertiser