--> Skip to main content

Akankah Ekonomi Dunia Pulih?

namaguerizka.com Setelah melewati masa-masa penuh ketidakpastian akibat pandemi global, krisis energi, serta konflik geopolitik yang berkepanjangan, pertanyaan besar yang kini banyak muncul adalah: Akankah ekonomi dunia benar-benar pulih? Meski ada sejumlah tanda pemulihan, namun kenyataannya tidak semudah itu. Menurut proyeksi terbaru, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan stabil pada angka 2,7 persen pada tahun 2025 hingga 2026. Angka ini memang menunjukkan stabilitas, tetapi bukan pertumbuhan yang menggembirakan.

Pertumbuhan Ekonomi yang Lamban: Apa Artinya?

Tingkat pertumbuhan sebesar 2,7 persen tergolong rendah dalam konteks sejarah ekonomi global. Biasanya, untuk dapat mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan—terutama di negara-negara berkembang—diperlukan pertumbuhan yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang lemah seperti ini bisa berdampak luas terhadap berbagai sektor, seperti ketenagakerjaan, investasi, perdagangan internasional, hingga pengentasan kemiskinan.

Faktor-Faktor yang Menghambat Pemulihan

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan laju pemulihan global berlangsung lamban:

  1. Tingginya Tingkat Utang Publik dan Inflasi
    Banyak negara yang terpaksa mengambil langkah ekspansif dalam kebijakan fiskalnya selama pandemi, sehingga utang publik membengkak. Ditambah lagi, inflasi yang masih relatif tinggi di berbagai kawasan memaksa bank sentral mempertahankan suku bunga tinggi, yang kemudian menghambat pertumbuhan investasi dan konsumsi.

  2. Ketegangan Geopolitik dan Fragmentasi Ekonomi
    Konflik berskala internasional, seperti perang di Ukraina dan ketegangan dagang antara negara-negara besar, menciptakan ketidakpastian yang tinggi di pasar global. Fragmentasi ekonomi akibat proteksionisme dan relokasi rantai pasok juga mengurangi efisiensi perdagangan global.

  3. Perubahan Iklim dan Risiko Bencana Alam
    Bencana alam yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim menambah tekanan terhadap ekonomi, terutama di negara-negara berkembang yang rentan. Biaya pemulihan pasca-bencana sering kali menyedot anggaran yang seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan jangka panjang.

Implikasi bagi Negara Berkembang

Negara-negara berkembang, yang sangat bergantung pada investasi asing, ekspor komoditas, dan bantuan internasional, kemungkinan akan paling terdampak dari pertumbuhan global yang lesu ini. Jika tren ini berlanjut, maka tujuan pembangunan berkelanjutan seperti pengurangan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan, dan akses kesehatan universal akan semakin sulit dicapai.

Haruskah Kita Pesimis?

Meskipun gambaran umumnya tampak suram, bukan berarti tidak ada harapan. Banyak negara kini mulai berinvestasi dalam transformasi ekonomi hijau, digitalisasi, serta pengembangan sumber daya manusia. Inovasi dalam teknologi energi terbarukan, kecerdasan buatan, dan kesehatan juga bisa menjadi pendorong pertumbuhan baru dalam dekade mendatang.

Kesimpulan

Singkatnya, ekonomi dunia memang menunjukkan tanda-tanda stabilitas, tetapi laju pertumbuhannya belum cukup untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan, khususnya bagi negara-negara dengan kebutuhan pembangunan yang tinggi. Tantangan-tantangan struktural dan global masih membayangi, dan pemulihan penuh tampaknya membutuhkan lebih dari sekadar stabilitas angka—namun juga kerja sama global, reformasi struktural, dan inovasi kebijakan yang berani.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar

Advertiser