Apakah Penurunan Inflasi Inggris Cukup untuk Mendorong Pemotongan Suku Bunga?
Menjawab pertanyaan ini memerlukan analisis menyeluruh terhadap kondisi inflasi, target kebijakan moneter BoE, kekuatan pasar tenaga kerja, dan indikator ekonomi lainnya yang relevan. Artikel ini akan mengulas faktor-faktor utama yang mempengaruhi keputusan pemotongan suku bunga, serta skenario yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.
1. Inflasi Inggris: Sedang Menurun, Tapi Belum Sesuai Target
Menurut Office for National Statistics (ONS), tingkat inflasi utama (CPI) telah turun dari puncaknya di atas 11% pada akhir 2022 menjadi sekitar 3,1% pada pertengahan 2025. Meskipun ini merupakan kemajuan besar, inflasi masih berada di atas target 2% yang ditetapkan BoE.
Namun, yang menjadi perhatian utama BoE adalah inflasi inti — yaitu inflasi yang mengecualikan harga energi dan makanan. Inflasi inti masih bertahan di atas 4%, mencerminkan tekanan harga yang belum mereda di sektor jasa, upah, dan sewa.
Poin penting: Meskipun inflasi utama sudah turun, inflasi inti yang lebih “lengket” menunjukkan bahwa tekanan harga masih ada dan membuat BoE lebih berhati-hati.
2. Tujuan BoE: Stabilitas Harga dalam Jangka Menengah
BoE diberi mandat utama untuk menjaga stabilitas harga — yaitu menjaga inflasi tetap dekat dengan target 2%. Oleh karena itu, keputusan untuk menurunkan suku bunga hanya akan diambil jika bank sentral yakin bahwa inflasi akan berada dalam jalur yang berkelanjutan menuju target tersebut.
Jika inflasi kembali naik akibat pelonggaran terlalu dini, kredibilitas BoE bisa runtuh. Oleh sebab itu, BoE lebih cenderung mengadopsi pendekatan “lebih tinggi untuk lebih lama” (higher for longer) untuk memastikan tekanan harga benar-benar hilang sebelum melonggarkan kebijakan.
3. Pasar Tenaga Kerja: Masih Terlalu Ketat
Salah satu faktor utama yang mempertahankan inflasi adalah tingkat pengangguran yang rendah dan pertumbuhan upah yang tinggi. Ketatnya pasar tenaga kerja menyebabkan perusahaan menaikkan gaji, yang pada gilirannya mendorong biaya operasional dan harga barang/jasa naik.
Menurut data terbaru:
- Tingkat pengangguran berada di bawah 4%.
- Pertumbuhan upah tahunan tetap di kisaran 5-6%.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa tekanan dari sisi permintaan masih tinggi, yang membuat BoE enggan untuk segera memotong suku bunga.
4. Ekspektasi Pasar dan Prospek Ekonomi
Pasar keuangan saat ini menilai bahwa kemungkinan BoE menurunkan suku bunga baru akan terjadi pada kuartal keempat 2025 atau awal 2026. Ini tercermin dalam:
- Penurunan yield obligasi jangka pendek.
- Prediksi pasar swap suku bunga yang menunjukkan pemotongan sekitar 25 basis poin dalam 6–9 bulan ke depan.
Namun, prospek pemotongan suku bunga juga sangat tergantung pada apakah Inggris mengalami perlambatan ekonomi atau bahkan resesi teknikal. Jika pertumbuhan melambat tajam dan inflasi tetap menurun, BoE mungkin mulai mempertimbangkan pelonggaran.
5. Risiko Jika Terlalu Cepat Melonggarkan Kebijakan
Penting untuk diingat bahwa pemotongan suku bunga terlalu cepat dapat menimbulkan risiko besar, di antaranya:
- Kembalinya inflasi: Jika permintaan konsumen naik lagi karena pelonggaran kredit, inflasi bisa kembali melonjak.
- Depresiasi pound sterling: Penurunan suku bunga dapat membuat nilai tukar GBP turun, meningkatkan harga impor dan menambah tekanan inflasi.
- Kehilangan kredibilitas: BoE bisa kehilangan kepercayaan publik dan pasar jika dianggap tidak konsisten.
Oleh karena itu, kebijakan BoE saat ini lebih cenderung bersifat defensif dan berhati-hati.
6. Skenario yang Mungkin Terjadi
Kesimpulan: Belum Saatnya, Tapi Arah Sudah Jelas
Penurunan inflasi di Inggris adalah kabar baik, tetapi belum cukup untuk mendorong Bank of England segera memangkas suku bunga. BoE membutuhkan keyakinan lebih besar bahwa inflasi inti benar-benar melemah dan ekspektasi inflasi tetap terkendali. Selama pasar tenaga kerja masih panas dan pertumbuhan upah tetap tinggi, kemungkinan besar BoE akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk beberapa waktu ke depan.
Namun, jika tren penurunan inflasi berlanjut dan ekonomi menunjukkan tanda-tanda pelemahan, pelonggaran kebijakan moneter bisa menjadi opsi nyata di akhir tahun ini atau awal 2026.