Bank of England dalam Krisis Keuangan 2008: Apa yang Dilakukan?
Lalu, apa yang sebenarnya dilakukan Bank of England untuk mengatasi krisis keuangan yang melanda? Mari kita bahas secara lebih rinci.
1. Latar Belakang Krisis
Pada tahun-tahun sebelum 2008, sektor keuangan mengalami pertumbuhan pesat, terutama dalam bentuk pinjaman dan inovasi produk keuangan seperti sekuritisasi dan derivatif. Namun, banyak dari produk ini ternyata didasarkan pada hipotek subprime — kredit perumahan berisiko tinggi yang diberikan kepada peminjam dengan riwayat kredit buruk.
Ketika para peminjam gagal membayar, harga properti mulai anjlok, dan nilai aset keuangan yang terkait dengan hipotek tersebut merosot. Hal ini menyebabkan kegagalan lembaga keuangan besar, seperti Lehman Brothers di AS, dan menimbulkan kepanikan serta krisis likuiditas secara global, termasuk di Inggris.
2. Tugas Bank of England Sebagai Bank Sentral
Bank of England memiliki mandat utama untuk:
- Menjaga stabilitas moneter (inflasi yang terkendali),
- Menjaga stabilitas keuangan (stabilnya sistem perbankan dan pasar uang).
Ketika krisis terjadi, fokus BoE bergeser lebih besar ke arah menjaga stabilitas sistem keuangan agar tidak runtuh dan menyebabkan kerusakan ekonomi yang lebih luas.
3. Langkah-Langkah Penting yang Diambil Bank of England
a. Menurunkan Suku Bunga Acuan
Salah satu langkah pertama yang dilakukan BoE adalah memotong suku bunga acuan secara agresif. Dari tingkat 5% sebelum krisis, suku bunga diturunkan hingga mencapai 0,5% pada Maret 2009, yang pada saat itu merupakan tingkat terendah dalam sejarah Inggris.
Tujuannya adalah untuk:
- Mengurangi beban utang rumah tangga dan bisnis,
- Mendorong konsumsi dan investasi,
- Menstimulus pertumbuhan ekonomi.
b. Menyediakan Likuiditas ke Bank-Bank
Krisis 2008 menyebabkan kepercayaan antarbank runtuh. Bank-bank tidak mau lagi meminjamkan uang satu sama lain karena ketakutan akan kebangkrutan. Akibatnya, sistem perbankan mengalami krisis likuiditas.
Untuk mengatasi hal ini, BoE:
- Menyuntikkan dana ke sistem perbankan melalui skema peminjaman khusus,
- Meluncurkan Special Liquidity Scheme (SLS) pada April 2008, yang memungkinkan bank menukar aset bermasalah mereka dengan obligasi pemerintah yang likuid.
Langkah ini dirancang untuk memulihkan kepercayaan dan memastikan bank-bank tetap dapat menjalankan fungsinya, yaitu menyalurkan kredit ke masyarakat dan bisnis.
c. Quantitative Easing (Pelonggaran Kuantitatif)
Pada Maret 2009, BoE meluncurkan program Quantitative Easing (QE) — sebuah kebijakan yang saat itu belum pernah digunakan secara luas di Inggris. QE adalah proses di mana bank sentral mencetak uang untuk membeli aset keuangan (biasanya obligasi pemerintah) dari pasar.
Tujuan QE adalah untuk:
- Menurunkan suku bunga jangka panjang,
- Meningkatkan jumlah uang beredar,
- Mendorong investasi dan konsumsi.
Putaran pertama QE di Inggris mencapai sekitar £200 miliar, dan program ini terus diperluas pada tahun-tahun berikutnya.
d. Mendukung Penyelamatan Bank (Bailout)
Meskipun keputusan utama untuk bailout datang dari pemerintah Inggris (melalui Kementerian Keuangan), Bank of England memiliki peran penting sebagai penasihat teknis dan penyedia dana darurat.
Beberapa bank besar seperti Royal Bank of Scotland (RBS) dan Lloyds mendapatkan suntikan dana besar dari pemerintah untuk menghindari kehancuran sistemik. BoE membantu dalam menilai risiko dan mengatur skema dukungan darurat.
4. Tantangan yang Dihadapi Bank of England
Peran BoE dalam krisis tidak selalu berjalan mulus. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:
- Keterlambatan dalam merespons gejala awal krisis, seperti runtuhnya Northern Rock pada 2007, yang menunjukkan kelemahan dalam pengawasan perbankan.
- Batasan kelembagaan, karena saat itu pengawasan terhadap sektor perbankan sebagian besar masih menjadi tanggung jawab Financial Services Authority (FSA), bukan BoE.
- Risiko inflasi jangka panjang akibat pelonggaran kuantitatif dan pencetakan uang dalam skala besar.
Namun, seiring waktu, BoE memperkuat perannya dalam pengawasan sistem keuangan dan kini menjadi bagian utama dari arsitektur stabilitas keuangan di Inggris.
5. Dampak Jangka Panjang dan Reformasi
Pasca krisis, banyak perubahan dilakukan di tingkat kebijakan dan kelembagaan:
- Pada 2013, BoE memperoleh kewenangan baru dalam regulasi dan pengawasan bank setelah FSA dibubarkan.
- Financial Policy Committee (FPC) dibentuk untuk memantau risiko sistemik.
- Kebijakan moneter tetap longgar selama bertahun-tahun untuk memastikan pemulihan yang berkelanjutan.
Kesimpulan
Dalam menghadapi krisis keuangan 2008, Bank of England memainkan peran vital dalam menstabilkan sistem keuangan Inggris. Dengan memotong suku bunga, menyediakan likuiditas, menjalankan pelonggaran kuantitatif, dan mendukung penyelamatan bank-bank besar, BoE membantu mencegah kehancuran ekonomi yang lebih besar.
Meski tak luput dari kritik, kebijakan-kebijakan tersebut menjadi titik balik dalam cara bank sentral merespons krisis. Pengalaman krisis ini juga membentuk ulang peran dan tanggung jawab Bank of England dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan Inggris di masa depan.