--> Skip to main content

Dampak Potensial Pergantian Perdana Menteri terhadap Bank of Japan dan Kebijakan Moneter

namaguerizka.com Di tengah ketidakpastian politik yang melanda Jepang pasca pemilu Majelis Tinggi 2025, pasar kini menghadapkan sorot tajamnya kepada salah satu institusi paling penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional: Bank of Japan (BoJ). Rumor yang terus beredar mengenai kemungkinan pengunduran diri Perdana Menteri Shigeru Ishiba tidak hanya mengguncang posisi politik internal, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran besar mengenai arah kebijakan moneter Jepang ke depan.

Sebagai bank sentral yang memegang kendali atas suku bunga, program pelonggaran kuantitatif, dan stabilitas nilai tukar, BoJ sangat dipengaruhi oleh konteks politik nasional. Meskipun secara resmi independen dari pemerintah, hubungan antara BoJ dan eksekutif tetap sangat erat. Karena itu, siapa yang menjadi Perdana Menteri akan memainkan peran besar dalam membentuk ekspektasi dan tekanan terhadap arah kebijakan moneter ke depan.


BoJ dan Pemerintah: Hubungan yang Saling Mempengaruhi

Dalam struktur kelembagaan Jepang, Bank of Japan memang ditetapkan sebagai institusi independen. Namun dalam praktiknya, kebijakan moneter BoJ hampir selalu berjalan seiring dengan strategi ekonomi pemerintah pusat. Istilah "Abenomics" di bawah Perdana Menteri Shinzo Abe, misalnya, mencerminkan eratnya koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang pasca deflasi berkepanjangan.

Hal yang sama juga terjadi dalam masa kepemimpinan Shigeru Ishiba, meski dengan pendekatan yang sedikit lebih konservatif. Ishiba dikenal berhati-hati dalam mendorong pelonggaran moneter lebih jauh, dan lebih menekankan pada reformasi struktural, efisiensi anggaran, serta penguatan daya saing industri domestik.

Namun jika ia mundur, dan digantikan oleh pemimpin dengan pendekatan ekonomi berbeda—entah lebih agresif atau lebih populis—maka BoJ akan menghadapi tekanan untuk menyesuaikan arah kebijakannya. Inilah yang menjadi kekhawatiran utama pasar saat ini.


Skenario Pergantian PM: Apa yang Berpotensi Berubah?

Berikut adalah beberapa kemungkinan dampak dari pergantian kepemimpinan terhadap BoJ:

1. Perubahan Tekanan terhadap Kebijakan Suku Bunga

BoJ saat ini mempertahankan suku bunga jangka pendek di kisaran sangat rendah, bahkan negatif dalam beberapa tahun terakhir, sebagai upaya merangsang konsumsi dan investasi. Namun, dengan inflasi global yang mulai merambat ke Jepang dan melemahnya yen, BoJ berada di bawah tekanan untuk menormalisasi kebijakan.

Jika perdana menteri yang baru cenderung mendorong pertumbuhan cepat melalui stimulus, maka akan ada tekanan untuk menahan suku bunga tetap rendah lebih lama. Sebaliknya, jika pemimpin berikutnya lebih fokus pada stabilitas harga dan nilai tukar, BoJ bisa diberikan ruang lebih besar untuk menaikkan suku bunga secara bertahap.

2. Evaluasi Ulang Program Quantitative Easing (QE)

Sejak lebih dari satu dekade lalu, BoJ aktif membeli obligasi pemerintah dalam skala besar sebagai bagian dari kebijakan pelonggaran kuantitatif. Ini bertujuan menekan imbal hasil obligasi dan menjaga likuiditas pasar.

Namun program ini juga menuai kritik, karena dianggap menciptakan ketergantungan fiskal yang tinggi antara pemerintah dan bank sentral. Jika PM pengganti Ishiba berasal dari kelompok politik yang menentang pelebaran defisit fiskal, maka tekanan politik untuk mengakhiri atau mengurangi QE akan meningkat. Ini akan sangat memengaruhi arah pasar obligasi dan strategi investasi jangka panjang di Jepang.

3. Arah Baru dalam Koordinasi Fiskal-Moneter

Di bawah Ishiba, koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter berlangsung cukup seimbang, dengan BoJ menjaga perannya sebagai pengatur moneter, dan pemerintah mendorong program stimulus yang terukur.

Namun jika pemimpin baru lebih condong pada pendekatan fiskal ekspansif atau justru terlalu konservatif, maka keseimbangan ini bisa terganggu. BoJ bisa dipaksa untuk menyesuaikan langkahnya, baik dengan memperpanjang pelonggaran atau justru menahan intervensi demi menjaga netralitasnya.


Reaksi Pasar dan Implikasi Global

Pasar keuangan tidak menunggu kepastian penuh untuk merespons kemungkinan perubahan di pucuk pimpinan Jepang. Bahkan sekadar rumor pun cukup untuk memicu pergerakan nilai tukar yen, volatilitas obligasi pemerintah Jepang (JGB), serta sentimen investor terhadap aset Jepang secara keseluruhan.

Investor global memandang BoJ bukan hanya sebagai bank sentral domestik, tetapi juga sebagai salah satu pilar stabilitas ekonomi di kawasan Asia Timur. Karena itu, setiap tanda-tanda perubahan kebijakan atau disorientasi kebijakan moneter di Jepang bisa menciptakan efek riak yang berdampak pada pasar global—khususnya dalam perdagangan mata uang, saham, dan obligasi negara berkembang.


Ketahanan BoJ: Apakah Bisa Tetap Netral?

Dalam menghadapi ketidakpastian politik ini, tantangan utama bagi Bank of Japan adalah menjaga kredibilitas dan netralitasnya. Kekuatan BoJ terletak pada kepercayaan pasar terhadap independensinya. Jika institusi ini terlihat terlalu mudah dipengaruhi oleh tekanan politik dari perdana menteri baru, maka kredibilitas jangka panjangnya akan terganggu.

Di sisi lain, jika BoJ memilih untuk bersikap terlalu kaku dan menolak menyesuaikan diri dengan kebutuhan ekonomi yang berubah, maka ia akan terlihat tidak responsif dan tidak relevan.

Dengan kata lain, BoJ harus berjalan di garis tipis antara responsif terhadap perubahan dan tetap menjaga prinsip-prinsip kebijakan yang sehat dan kredibel.


Penutup: Stabilitas Politik Menjadi Penentu Stabilitas Moneter

Pergantian pemimpin pemerintahan bukan hal baru dalam politik Jepang. Namun yang membedakan situasi kali ini adalah tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi, ditambah dengan tekanan eksternal dari kondisi global yang penuh gejolak. Di tengah semua ini, Bank of Japan berada di persimpangan penting dalam menentukan arah kebijakan jangka menengah.

Siapa pun yang menggantikan Shigeru Ishiba nantinya, arah politik yang dibawanya akan memberikan dampak langsung terhadap ekspektasi pasar dan ruang gerak BoJ. Untuk saat ini, semua mata tertuju pada Tokyo—dan bukan hanya untuk menunggu keputusan politik, tapi juga untuk melihat bagaimana Jepang menjaga keseimbangan antara stabilitas politik dan efektivitas moneter.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar

Advertiser